Cerpen Siklus Cintaku
"Jo, jangan pergi Jo … Jangan seperti ini, kita bisa selesaikan semuanya dengan kepala dingin kan? Memang apa sih salahku Jo? Kenapa tiba – tiba kamu seperti ini? Kita baru pacaran selama 5 hari dan kamu seperti ini setelah 2 tahun penantianku?" Kini air mata tak dapat lagi terbendung di pelupuk mataku. Ia tumpah dengan sendirinya, mengalir deras bagai air terjun yang tiada hentinya. Aku pun tak mampu menatap matanya. Aku hanya mampu menarik tangannya untuk menahan kepergiannya. Aku berharap ia tak meninggalkanku, tapi pada kenyataannya ia tak sedikit pun melirik ke arahku. Ia melepaskan genggaman tanganku dan pergi menjauh dariku. Aku kehilangan keseimbangan. Tubuhku terhempas di atas aspal jalan. Aku tak sanggup menahan diriku.
"Rean, Rean … Hei, kamu ngelamunin apa sih? Dan kenapa kamu menangis?" ucap Melly membuyarkan lamunanku. Aku sendiri pun tak sadar setitik air mata telah menetes dari mataku. "Gak, aku gak apa – apa, lupakan aja" "Pasti kamu inget Jo lagi ya ?? Udah lah Rean, jangan diinget lagi cowok gak tahu perasaan itu. Belum tentu juga dia inget kamu. Lagipula juga udah 2 tahun kamu lewati tanpa ada dia. Kenapa masih kamu inget aja sih dia?" "Iya sih Mel, tapi tetep aja aku gak bisa lupain dia dan kejadian itu. Rasa sakit masih ada sampai sekarang. Ya walaupun itu terjadi waktu aku kelas 3 SMP dan sekarang aku udah kelas 2 SMA, tapi tetep aja, aku belum bisa hapus dia dari benakku." "Come on Rean, please deh, jangan galau terus, dia juga udah beda sekolah denganmu. Udah deh ya, daripada kamu sedih gak jelas mending sekarang kita ke Shanty dan Netty. Pasti mereka udah nungguin kita di kantin." "Oke deh …" jawabku seraya beranjak dari tempat dudukku.
Aku, seorang Reany Caroline, cewek gendut yang duduk di kelas 2 SMA YPPI – 2 Surabaya. Kata banyak teman – teman sih aku pintar dalam segala hal. Pendidikan, olahraga, pergaulan, dan kekayaan. Tapi hanya 1 hal yang membuat semua itu hancur berantakan, percintaan. Aku rasa hanya 1 hal inilah yang tak bisa kukuasai. Di saat semua teman di sekelilingku dicintai dan mencintai pasangannya masing – masing, aku seorang diri jomblowati. Cinta pertamaku aku dapat saat aku duduk di SMP YPPI – 3 dengan lelaki bernama Jonny Nugraha. 2 tahun penantianku bersamanya kulalui dengan banyak masalah dengannya. Mulai dari bantuanku untuknya agar dapat berbaikan dengan pacarnya hingga pertengkaranku dengannya yang diakibatkan kesalahpahaman. Itu semua membuahkan hasil yang cukup memuaskan.
Di akhir masa sekolah, setelah aku melewati UNAS tahun 2011, tepat tanggal 16 April, dia memintaku untuk menjadi pacarnya. Aku menerimanya dan akhirnya kami berpacaran. Tapi hanya 5 hari berselang ia tiba – tiba pergi meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Hatiku hancur seketika. Penantian dan ketabahanku sia – sia. Hingga kini 2 tahun telah berlalu, aku tak pernah sedetikpun melupakan hal itu. Walaupun ke – tiga sahabatku di SMA ini, Melly, Shanty, dan Netty telah membantuku untuk mencari cowok pengganti Jo, tapi itu semua percuma saja. Aku tetap saja teringat dengan kenangan masa laluku dengan Jo.
Terik matahari yang menembus jendela kamarku membuatku terbangun dari tidur lelapku. Aku pun langsung mencari hanphoneku dan mengecek pesan masuk. Aku tercengang melihat nama Jo ada di pesan masukku. Hatiku berdebar penasaran dengan apa isi dari pesan itu. Segera kubuka pesan darinya.
Sender : Jo
"Reany Caroline? Kamu masih ingat denganku?"
To : Jo
"Ya, tentu aja aku ingat kamu. Ada apa Jo?"
Sender : Jo
"Rean, aku mau tanya, apa kamu kenal dengan cewek yang bernama Shanty Rennata?"
Aku bingung, kenapa dia tiba – tiba menanyakan Shanty? Apa dia kenal dengan Shanty? Atau apa?
To : Jo
"Ya, dia sahabatku, kenapa Jo? Kamu kenal?"
Sender : Jo
"Aku cukup menyukainya …"
Seketika itu juga tubuhku terasa lemas tak berdaya. Hati ini hancur bagai kaca yang dilempari palu. Mengapa ini semua bisa terjadi? Di saat aku tersanjung dengan pesan darinya, justru ini yang ia katakan padaku? Tanganku pun tak sanggup untuk menggenggam handphone dan ia pun terlepas dari tanganku. Tubuhku terjatuh, hatiku tenggelam dalam kekelaman yang terdalam. Aku tak mampu melakukan apapun. Bipp bipp bipp … Terdengar suara penanda pesan masuk di hanphoneku dan aku pun membukanya.
Sender : Jo
"Tahun ini untuk kenaikan menuju kelas 3 aku akan pindah ke sekolahmu. Siapkan dirimu dan aku harap bantuanmu agar aku bisa berpacaran dengannya … Kamu tidak keberatan bukan? ;)"
Aku tak mampu lagi untuk berfikir. Seharusnya aku senang kalau Jonny pindah ke sekolahku. Itu artinya aku bisa berada dekat dengannya, tapi kenapa harus dengan situasi seperti ini? Kenapa Jonny harus menyukai sahabatku sendiri?
To : Jo
"Oke."
Hanya 1 kata itu yang dapat kubalas untuk pesan dari Jo …
To : Melly, Shanty, Netty
"Guys, kumpul di tempat biasa sekarang ya. Gak usah dibales, langsung kumpul aja, URGENT, thanks."
Aku pun segera menuju Cafe Rose tempat aku dengan 3 sahabatku berkumpul. Satu persatu dari mereka pun berdatangan. Setelah mereka semua berkumpul aku memberitahukan kejadian yang kualami, mengenai Jo yang menyukai Shanty dan kepindahan Jo ke sekolah kami dalam waktu dekat.
"Apa sih maksudnya sih Jo itu? Setelah kamu dibuat sakit hati sekarang dia berusaha mendekati sahabatmu sendiri? Apa perlu kita labrak aja?" "Jangan menggunakan cara seperti itu Net, percuma. Jo bukan orang yang mau melawan cewek. Dengan begitu aku pasti dinilai jelek olehnya." "Tapi Rean, dia gak bisa seperti ini. Lagipula Shanty juga gak mungkin mau dengan Jo kan?" Aku menatap mata Shanty dan aku merasa curiga dengannya. Tingkah lakunya agak aneh dan mencurigakan. Ada sebercak rasa tak nyaman merasukiku. Tapi aku tak ingin berpikiran buruk tentang sahabatku sendiri. Ah, sudahlah …
"Hoi Shan …" ucap Melly seraya meninju kecil lengan Shanty. "Emm, iya iya aku juga gak mungkin mau lah dengan Jo." "Tuh kan Rean, udah kamu tenang aja." "Oke oke, thanks ya guys."
Saat yang kutunggu telah datang. Di hari pertama tahun ajaran baru 2013 – 2014 ini aku memulai pagiku dengan mempersiapkan segala keperluan untuk MOS. "Mel, ayo kita kumpul di lapangan. Sekalian bilang ke anak – anak baru ya supaya berkumpul di lapangan." "Oke."
Aku menatap seluruh siswa – siswi yang berbaris dan alangkah terkejutnya aku saat melihat Jo ada di tengah – tengah barisan, lengkap dengan atribut seragam sekolahku. Jantungku berdegup sangat kencang. Ternyata yang dikatakan oleh Jo bahwa ia akan pindah ke sekolahku demi Shanty itu benar adanya. Apa yang harus aku lakukan? Aku mencoba meredam gejolak hati ini. Aku harus kuat, aku harus bisa!!! Setelah aku memberikan sepatah dua patah kata, aku pun melanjutkan MOS dan memberi pengarahan pada anak – anak baru.
4 bulan berselang setelah masuknya Jonny di sekolah ini. Anehnya aku dan Jo layaknya orang yang tidak pernah kenal satu sama lain. Cukup miris bagiku saat aku tahu ternyata Jo sekelas dengan Shanty di XII IPS 1, Melly sekelas dengan Netty di kelas XII IPS 2, sementara aku sendiri memang terpencil sendiri di kelas XII IPA. Dan banyak gosip simpang siur yang mengatakan bahwa Shanty mengkhianatiku.
Aku tidak mau begitu saja percaya dengan apa yang orang lain katakan. Aku ingin lebih mempercayai sahabatku sendiri. Tapi bukti – bukti yang ada cenderung menunjukkan bahwa Shanty memang mengkhianatiku, apalagi memang setelah menginjak kelas XII ini aku, Melly, Shanty, dan Netty sibuk dengan aktifitas masing – masing. Jadi aku masih belum bisa memastikan kebenaran gosip itu.
"Rean, ke kantin yuk …" ajak Virnie sambil menyeringai. Aku heran, sejak kapan dia dekat denganku, sampai – sampai dia mengajakku ke kantin. Secara dulu aku, Melly, Shanty dan Netty pernah bertengkar hebat di kelas X. Tapi aku juga tak kuasa menolak. Jadi ya aku ikuti saja. "Baiklah." Sesampainya di kantin yang bersebelahan dengan lapangan, aku lihat kerumunan anak berkumpul di tepi lapangan. Aku heran ada apa. "Rean, kamu mau lihat ke lapangan?" "Iya deh Vir, aku mau lihat." "Ya udah, aku tinggal ke perpustakaan dulu ya." "Sip."
"Shan, ditengah lapangan ini, di depan semua banyak anak, aku mau kamu tahu bahwa aku mencintai kamu. Apa kamu mau menjadi pacarku?" Aku tak mampu lagi menopang tubuhku. Rasanya aku ingin pingsan saat ini juga. Aku melihat Jo menembak Shanty di depan mataku sendiri. Aku sepertinya akan menggila karena ini semua. Aku bahkan tak mampu merasakan kakiku. Lemah, tak berdaya, rapuh.
"Ya, aku mau." Dan jawaban itulah yang semakin membuatku hancur berkeping – keping. Air mata yang sedari tadi terbendung di pelupuk mataku, kini mengalir perlahan. Sesegera mungkin aku meninggalkan lapangan. Aku berlari sekuat tenaga menuju toilet. Aku tak ingin seorang pun melihat kelemahanku. Tak boleh ada seorang pun yang tahu. Apalagi statusku sebagai Ketua OSIS. Aku keluarkan semua kesedihanku di toilet dan setelah bel berdering aku pun kembali ke ruang kelas. Begitu banyak mata yang menatap ke arahku tapi aku berusaha tenang. Aku harap aku mampu menahan kesedihanku hingga sesampainya aku di rumah.
"Anak – anak, sesuai janji Ibu tanggal 28 Oktober nanti kita akan mengadakan kegiatan GHL (Gunung Hutan Laut) yang digabung dengan retreat. Kegiatan ini diadakan selama 3 hari 2 malam di PPLH Seloliman." Awalnya aku senang sekali karena ada kegiatan ini, tapi setelah mendengar lokasi tempat kegiatan, semuanya berubah. Aku pun teringat kembali dengan kenangan masa SMP yang kulewati dengan Jo. Oh sial, umpatku dalam hati. Teetttttttt. Bel tanda pulang pun berbunyi dan hari ini aku harus pulang sendirian karena papa dinas ke luar kota. Huft, sialnya hari ini …
"Hai cewek." "Eh Sony, hai juga. Ngapain kamu disini?" "Ya mau pulang dong, ini lagi nunggu bemo. Kamu sendiri?" "Sama dong, hehehe." "Pulang bareng yuk, rumahku kan sejalan sama rumahmu, nanti aku antar deh, gimana?" "Boleh …" Sejak saat itu aku mulai dekat dengan Sony. Aku tidak menyangka, selama ini aku tidak pernah memperhatikan Sony, ternyata dia baik juga.
Hari ini aku akan berangkat untuk GHL. Aku mulai memasuki bis bersama teman – temanku. 2 jam perjalanan ke PPLH Seloliman dan akhirnya kami sampai. Suasana di sini tidak berubah. Hanya saja situasinya yang berbeda. Tak sengaja aku melihat Shanty bermesraan dengan Jo. Malam harinya ada renungan malam dan aku duduk di tempat dimana dulu aku duduk berdua bersama Jo untuk renungan malam juga, tapi kini aku ditemani Sony. Aku hampir saja meneteskan air mata. Tapi aku menahannya. Jo sempat melirikku, namun aku hanya mampu menatap matanya sebelum ia kembali bermesraan dengan Shanty.
Setelah renungan malam aku berjalan – jalan dengan Sony. Kami berkeliling di tempat yang pernah aku lalui beberapa tahun yang lalu. Di tengah perjalanan aku melihat Jo dan Shanty bermesraan. Tak sengaja tatapanku dan Shanty bertemu. Percakapan mereka terdengar olehku karena jarak kami yang tak terlalu jauh. "Jo, kamu benar – benar mencintaiku?" "Iya dong Shanty ku sayang." "Aku perlu bukti." "Bukti apa?" "Cium aku …" Sepertinya Shanty sengaja melakukan ini. Aku terkejut bukan kepalang. Hatiku kembali tersayat. Luka yang belum kering di dalam hatiku ini kini kembali tergores. Seakan membuka luka lama dan bahkan menyakitinya lebih lagi.
Jo terlihat tak begitu terkejut. Aku semakin sakit hati karenanya. Tampak Jo mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Shanty. Dan jarak wajah mereka semakin mendekat. Hingga saat mereka akan berciuman tiba – tiba Sony menarik tanganku hingga aku tak sengaja berciuman dengan Sony. Aku terkejut dan aku segera melepaskan ciuman itu. Namun hatiku sudah terlampau hancur. Air mata kembali tumpah dengan derasnya dari mataku. Kepalaku serasa berputar. Air hujan pun mulai turun dari langit dan semakin lama semakin deras. Yang dapat kulakukan hanya berlari sekuat mungkin. Aku pun tak tahu aku berlari kemana. Hujan yang mengguyur tubuhku tak terasa. Aku hanya merasakan hati yang yang terlampau hancur. Dadaku terasa amat sesak hingga akhirnya aku jatuh terjerembap di akar pepohonan. Sony segera datang membopongku. Tetapi untuk berdiri saja aku tak mampu.
Air mataku tak berhenti mengalir. Aku pun jatuh ke dalam pelukan Sony. Hangatnya pelukan ini tak mampu meredam dinginnya lautan es hatiku. "Semuanya akan baik – baik aja Rean, tenanglah. Mulai saat ini aku akan menjagamu dan takkan kubiarkan orang lain menyakitimu lebih dari ini. Walaupun aku tahu hatimu masih terluka karena Jonny, tapi ketahuilah Rean, aku akan selalu berada di belakangmu mulai saat ini sampai kapanpun."
Semenjak saat itu aku selalu bersama Sony. Ia menepati janjinya dan selalu menjagaku. Aku sudah mulai bisa melupakan Jo dan tidak memperdulikannya lagi. Aku biarkan Jo menjadi bagian dari kenangan masa laluku dan membiarkan Sony menjadi masa depanku. Aku sadar bahwa masa lalu takkan pernah bisa terulang dan masa lalu itu dapat kugunakan untuk memperbaiki dan menata masa depanku hingga lebih baik dari sebelumnya. Dan akhirnya pacarku jadi sahabatku, sahabatku jadi musushku, musuhku jadi temanku, dan temanku menjadi pacarku. Siklus cinta yang memberi 1 langkah tuk mendewasakan diriku.
Cerpen ini dikirim oleh :
- Nama : Jessica Febrina
- Email : jeszlhw@yahoo.com
- Twitter : @jeszlhw
Rating : 5 Kategori → Cerpen